🌴 Mengurai Tingginya Turnover Staf Housekeeping di Sunrise Resort Lombok: Solusi Digital untuk SDM yang Lebih Loyal

Tentang Sunrise Resort Lombok

Sumber: indonesiaimpressiontour.com

Sunrise Resort Lombok adalah resort bintang empat yang berlokasi di Gili Air, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Dengan 120 kamar dan sekitar 80 staf, resort ini fokus memberikan layanan hospitality premium bagi wisatawan domestik dan mancanegara.

Di balik pantai berpasir putih dan pemandangan laut yang memesona, tim housekeeping memegang peranan penting menjaga kenyamanan, kebersihan, dan citra eksklusif resort. Setiap kamar yang rapi dan layanan yang cepat bukan hanya soal estetika, tapi juga menjadi wajah utama resort di mata tamu.

Namun, di balik pelayanan prima itu, ada tantangan besar: tingginya tingkat turnover staf housekeeping. Masalah ini mengancam konsistensi layanan, efisiensi operasional, dan pengalaman tamu yang selama ini menjadi kekuatan Sunrise Resort Lombok.


Mengapa Banyak Staf Housekeeping yang Resign?

Tingkat turnover staf housekeeping mencapai lebih dari 35% per tahun, angka yang tergolong tinggi dalam industri hospitality. Dampaknya terlihat nyata:

  • Proses pembersihan lambat karena karyawan baru harus dilatih dari nol.

  • Biaya rekrutmen dan pelatihan meningkat, mengulang-ulang proses onboarding.

  • Kualitas layanan tidak stabil, yang bisa memengaruhi kepuasan dan loyalitas tamu.

Beberapa faktor utama penyebab turnover:

  1. Motivasi dan kepuasan kerja rendah, staf merasa kontribusi mereka jarang diapresiasi.

  2. Evaluasi kinerja jarang dan tidak objektif, membuat staf sulit menilai progres kerja mereka.

  3. Minimnya komunikasi antar tim dan manajemen, staf kurang merasa terlibat secara emosional.

  4. Tidak adanya sistem digital untuk memantau kinerja dan kesejahteraan karyawan – manajemen kesulitan mengidentifikasi masalah lebih cepat.


Mengupas Akar Masalah

Secara teori MSDM, turnover tinggi erat kaitannya dengan motivasi, kepuasan kerja, dan sistem penghargaan (reward system).

  • Herzberg’s Two-Factor: faktor motivator seperti pengakuan dan kesempatan berkembang seringkali lebih berpengaruh terhadap retensi karyawan dibanding faktor dasar seperti gaji. Di Sunrise Resort Lombok, sistem penghargaan dan promosi masih terbatas dan kurang transparan.

  • Expectancy Theory – Vroom: karyawan termotivasi jika mereka yakin usaha yang dilakukan akan dihargai. Tanpa sistem evaluasi objektif, harapan tersebut tidak terpenuhi.

  • Employee Engagement Model – Kahn (1990): engagement terbentuk saat karyawan merasa dihargai, dilibatkan, dan diakui. Minimnya komunikasi dan media apresiasi membuat staf housekeeping kurang terikat secara emosional dengan pekerjaannya.


Strategi HR Saat Ini

Manajemen HR masih bersifat konvensional:

  • Rekrutmen: walk-in interview tanpa pendataan digital.

  • Pelatihan: manual, tidak terdokumentasi, sulit dievaluasi.

  • Evaluasi kinerja: hanya setahun sekali tanpa feedback rutin.

Kelemahan strategi ini:

  • Tidak ada employee data tracking, mempersulit monitoring performa individu.

  • Minim transparansi dan feedback, sehingga motivasi menurun.

  • Tidak ada media digital untuk engagement dan loyalitas staf.

Akibatnya, staf housekeeping sulit merasa terhubung dengan manajemen, loyalitas menurun, dan turnover tetap tinggi.


Solusi Digital: HRIS & Employee Engagement Program

Untuk menurunkan turnover, Sunrise Resort Lombok disarankan mengadopsi Human Resource Information System (HRIS) dan program digital employee engagement.

Sumber: dribbble.com

HRIS (Human Resource Information System)

Fitur utama:

  • Attendance & Performance Dashboard: pantau absensi, produktivitas, dan hasil kerja staf.

  • Digital Feedback Form: evaluasi dua arah antara staf dan atasan, terdokumentasi rapi.

  • Training & Certification Tracker: catat semua riwayat pelatihan dan sertifikasi untuk mendukung pengembangan karier.


Program Digital Employee Engagement

Platform: Slack, Trello, Mekari

  • Digital Appreciation Board: sistem poin penghargaan untuk staf berprestasi, bisa ditukar dengan hadiah.

  • Gamification Challenge: kompetisi mingguan untuk mendorong kolaborasi dan semangat kerja.

  • E-Newsletter & Announcement Board: media komunikasi internal yang memperkuat keterikatan antara staf dan manajemen.


Dampak Positif Transformasi Digital

Implementasi HRIS dan engagement digital bukan sekadar teknologi, tapi perubahan budaya kerja. Manfaatnya:

  • Meningkatkan keterikatan dan kepuasan kerja staf

  • Menurunkan turnover secara signifikan

  • Menjaga konsistensi kualitas layanan housekeeping

Budaya kerja yang transparan, apresiatif, dan adaptif membuat Sunrise Resort Lombok tidak hanya menawan secara fisik, tapi juga unggul dalam manajemen SDM.


Kesimpulan: Jadi, Kenapa Tranformasi Digital Penting

Jadi, penerapan HRIS dan program digital employee engagement di Sunrise Resort Lombok bisa jadi solusi tepat untuk menurunkan tingginya turnover staf housekeeping. Dengan sistem digital yang terintegrasi, staf bisa merasa lebih terikat, termotivasi, dan puas dengan pekerjaannya, sementara manajemen bisa lebih mudah memantau kinerja dan perkembangan mereka.

Selain menekan turnover, pendekatan ini juga membantu menjaga kualitas layanan dan efisiensi operasional resort. Dengan cara ini, Sunrise Resort Lombok nggak cuma siap bersaing di industri hospitality, tapi juga bisa membangun budaya kerja yang positif, adaptif, dan produktif, di mana staf merasa dihargai dan semua proses lebih transparan. Transformasi digital di bidang SDM ternyata bukan cuma soal teknologi, tapi juga soal bikin orang-orang di balik layanan jadi lebih happy dan performanya maksimal.


🙋 Klik share agar teman-teman Anda juga bisa mendapat insight tentang strategi digital HR di industri hospitality


🌐 Penulis:

Putu Missela Arynata · Elsa Veronina · I Gede Yoga Adi Suputra · Hosea Timotius Glorido Lodorohi

🎓 Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional — S1 Bisnis Digital



Komentar